i’m a preggy wife now (Part 1)

Alhamdulillah wa syukurillah,  there’s no other word. Itu yang pertama kali kami berdua ucapkan setelah dua tahun kami resmi mengikat diri satu sama lain dalam bingkai pernikahan.

Tepat di dua  tahun pernikahan kami, saya dan suami memutuskan untuk  berobat ke Klinik Melati RSAB Harapan Kita. oia, Kami sudah dua tahun menikah, walaupun tinggal dalam satu atap baru 5bulan yang lalu, maklum kami adalah pelaku LDM alias Long Distance Marriage. 1,5 tahun lamanya kami sama-sama menahan rindu  demi cita-cita yang sedang saya realisasikan. Saya menuntut ilmu di Kota Pempek, sedang suami saya sudah dipindahtugaskan dari sana dan kini bekerja di hometown kami di Tangerang.

Saya sedikit lelah dengan pertanyaan orang2 perihal diri saya yang belum hamil juga padahal sudah dua tahun menikah, tapi tidak terlalu saya hiraukan, mereka tidak mengerti dan tidak tau berapa  kali dalam satu tahun saya bisa bertemu dengan sang suami tercinta. Tapi toh, semua rumah tangga menginginkan kehadiran buah hati sebagai penyejuk hati dan investasi akhirat,jadi wajar saja kalau orang2 di sekitaran saya terus2an bertanya pertanyaan yang melelahkan itu.

Setelah saya lulus, berarti sekitar 4 bulan lalu, saya  dan suami bertekad untuk menjalankan program kehamilan. semua cara kami coba, dari mulai minum susu persiapan kehamilan, diurut sama mba urut langganan saya (yang kata si mba urut, rahim saya subur tapi posisinya terlalu tinggi, jadi harus direndahkan sedikit. sebagai tenaga medis  sebenernya saya percaya gak percaya yang begituan. Tapi namanya usaha, selama gak melanggar Syariat Islam,  saya lakuin aja. lumayan buat sekalian pijet2 ngilangin pegel badan tiap dua  minggu sekali sebanyak 3 kali), minum pil penyubur dari Martha Tilaar (itu looh si Kaplet Wulandari), makan-makanan bergizi, sampai akhirnya kami berdua memutuskan  untuk mengikuti program  kehamilan di klinik melati RSAB Harapan Kita pada tanggal 16 Juni 2016.

Di  klinik melati, saya bertemu dengan dr.Sudirmanto,Sp.OG. Syukur alhamdulillah sekali, baru sekali bertemu dengan dsog (dokter kandungan), kami  langsung cocok. dsog kami baik sekali, penjelasannya banyak, tegas,  lugas, jelas, faktual, dan menenangkan. Pertemuan pertama adalah pemeriksaan terhadap kondisi rahim dan ovarium saya. hasilnya lumayan baik, kata dsog Rahim saya cantik sekali, walaupun terdapat suatu gambaran yang belum diketahui di ovarium kanan saya. tapi kemungkinan besar gambaran di ovarium  kanan itu adalah telur yang sedang ovulasi, atau bisa juga gambaran kista. Maka dari itu saya harus datang di pertemuan kedua, yang dijadwalkan di H+2 Siklus haid saya berikutnya. atau kami harus bersiap2, jika setelah pertemuan ini, saya telat haid 2-3 minggu kemungkinan besar saya berhail hamil.

Ternyata benar saja, saya sudah telat dua minggu dari siklus seharusnya. saya dan suami memutuskan untuk melakukan tespak. Alhamdulillah hasilnya +, walaupun dua garisnya masih samar, selama satu minggu berturut2 saya tespak dan hasilnya semakin lama semakin jelas. :’) Terharu sekali saya waktu itu,  setelah belasan kali saya pakai tespak sejak menikah, akhirnya dua garis itu muncul juga.  saya dan suami memutuskan untuk  segera konsulasi lagi dengan dsog.

Karena satu-dua hal, saya dan suami memutuskan untuk mencoba RSIA yang jaraknya lebih dekat. akhirnya kami putuskan untuk berkonsultasi dengan dsog di RSIA St.Carolus di Tangerang pada tanggal 6  Agustus 2016. Saya  bertemu dg dr.Joel,Sp.OG atas rekomendasi salah satu teman baik saya. dr.Joel,sp.OG juga baik sekali, penjelasannya jelas, persis seperti yang teman saya ceritakan. hanya saja karena kami sudah pernah bertemu dengan dsog sebelumnya yang lebih ekspresif dan bersemangat saat menjelaskan mengenai kehamilan, kami jadi lebih prefer untuk kembali ke RSAB Harapan Kita walau harus menempuh kemacetan Tangerang-Jakarta untuk konsultasi berikutnya.

Di RS.St.Carolus, saya diperiksa pertama kalinya sejak hasil tespak saya positif. saya di USG TV, Hasilnya benar ada kantung kehamilan. Namun,masih terlalu dini, karena belum terlihat apapun selain kantung kehamilan. kata dsog di sana, usia kehamilan saya baru 4 minggu saat itu dan belum bisa memutuskan apa pun meengenai keadaan jabang bayi. Tapi yang mengkhawatirkan adalah, kata beliau kantung kehamilan saya tidak melekat sempurna di dinding rahim. Jadi saya harus dikasih penguat (berupa Progesteron 400mg Supposutoria) dan tentu saja asam folat 400mikrogram untuk  si calon jabang bayi. dsog bilang, saya harus datang dua minggu lagi untuk  melihat perkembangan bayi.

Saya pulang dengan  lesu, takut, sedih, dan deg-degan. saya menghitung detik demi detik sampai dua minggu terasa sangaaaat lama. -2 weeks seems soooo long right now. i just cant wait with all these fear. i write it down to less the fear. i cry to release the feel. i wait just like it never happens. may Allah saves you, saves us.-

Saya semakin takut saat teringat kejadia BO (Blighted Ovum) atau kehamilan palsu yang sempat dialami kakak ipar saya. Payah, saya memang penakut sekali. Syukur Alhamdulillah, saya punya suami dan keluarga yang selalu mendukung dan membesarkan hati saya supaya gak cengeng dan gak mudah takut. Saya diajarkan untuk tetap positif dan banyak bersyukur.

 

……

sampai jumpa  di part 2.